Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo menilai pemilihan raya (pemira) yang digelar Partai Keadilan Sejahtera belum tentu mendongkrak elektabilitas partai.
"Sebenarnya, pemira dan konvensi itu dalam istilah politik sama saja. Kalau melihat peta politik Tanah Air sekarang, tujuannya juga sama, yakni untuk pemilu legislatif," katanya di Semarang, Rabu.
Ia mengibaratkan bahwa pemira yang digelar PKS sama dengan konvensi calon presiden yang digelar Partai Demokrat yang dimaksudkan agar elektabilitas partai politik terdongkrak dalam pemilu legislatif.
Menurut pengajar FISIP Undip itu, kepentingan parpol-parpol di Indonesia saat ini melakukan penjaringan capres, baik lewat konvensi maupun pemira untuk menghadapi pemilu legislatif, bukan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Parpol, kata dia, masih terlalu dini untuk menetapkan capres secara final sebelum pemilu legislatif, sebab perolehan suara dalam pemilu legislatif akan memengaruhi langkah politik, termasuk kemungkinan koalisi dengan parpol lain.
Ia menjelaskan bahwa capres akan dihasilkan parpol lewat konvensi maupun pemira belum tentu akan diusung dalam pilpres sehingga lebih dimaksudkan mendongkrak citra parpol untuk kepentingan pemilu legislatif.
"Ya, seperti Demokrat yang menggelar konvensi. Demokrat menyadari bahwa citra parpol akhir-akhir ini terpengaruh oleh kasus-kasus korupsi yang menjerat kadernya sehingga perlu untuk memperbaiki citra," katanya.
Cara memperbaiki citra parpol, kata dia, memang bisa ditempuh lewat pengusungan sosok capres yang diterima baik oleh masyarakat sehingga setidaknya ada harapan masyarakat sedikit "melupakan" citra negatif parpol.
Demikian pula dengan PKS, kata dia, karena sebelumnya parpol berlambang padi dan bulan sabit kembar itu dikenal sebagai parpol yang jujur, tetapi citranya kemudian terpuruk gara-gara kasus suap impor daging sapi.
"Tentunya, PKS perlu memperbaiki citranya sebagai parpol jujur sebagaimana awalnya. Caranya, ya salah satunya dengan pemira untuk memunculkan figur-figur capres yang sesuai dengan harapan kader," katanya.
Akan tetapi, kata dia, pemira bukan berarti bisa mendongrak elektabilitas dan perolehan suara PKS dalam pemilu legislatif, sebab ada banyak faktor yang menentukan, salah satunya tergantung figur capres yang akan terpilih.
"Terdongkraknya elektabilitas PKS juga bergantung bagaimana bisa membangun kembali keyakinan kepada publik bahwa mereka adalah parpol jujur. Ya, tergantung bagaimana PKS bisa meyakinkan publik," kata Susilo.